Selasa, 30 Desember 2008

Hereditas & Lingkungan (Ringkasan Bhn. Martikulasi Pps Unsr)

HEREDITAS DAN LINGKUNGAN

Soal Pembawaan dan lingkungan merupakan soal yang sangat penting dalam psikologi dan erat

hubungannya dengan ilmu mendidik.

Bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha

mencari jawaban atas pertanyaan: perkembangan manusia itu kepada pembawaan ataukah kepada

lingkungan? Atau dengan kata lain: dalam perkembangan anak muda hingga menjadi dewasa faktor-faktor

yang menentukan itu, faktor yang dibawa dari keturunan (pembawaan) ataukah pengaruh-pengaruh

lingkungan?

Dalam usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dikemukakan adanya bebarapa pendapat:


a. Airan Nativisme

Aliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor

yang dibawa sejak lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menetukan hasil

perkembangannya. Menurut Nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. (Purwanto, M.Ngalim, 1990: 14)

b. Aliran Empirisme

Aliran ini mempunyai pendapat yang beralawanan dengan kaum nativisme. Meraka berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau sejak pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat didik menjadi apa saja (ke arah yang baik maupun ke arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau empiris ibi didiknya. Dalam pendidikan, terdapat kaum empiris ini terkenal dengan nama Optimisme paedagogis. Kaum behavioris pun sependapat dengan kaum empiris itu. Watson seorang behaviouris (Amerika): “Berikan saya sejumlah anak-anak yang keadaan badannya dan situasi-situasi yang saya butuhkan: dari setiap orang anak, entah yang mana, dapat saya jadikan dokter, seorang padagang, seorang ahli hukum, atau memang jika dikehendaki seorang pengemis atau seorang pencuri”. (Purwanto, M. Ngalim, 1990: 14)

c. Aliran Konvergensi

Aliran ini berasal dari ahli psikologi bangsa Jerman bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia. Terdapat dua aliran yang menganut konvergensi, yaitu aliran konvergensi yang lebih menekankan kepada pengaruh pembawaan daripada lingkungan, dan yang sebaliknya. (Purwanto, M. Ngalim, 1990: 15)

Perkembangan manusia bukan hasil belaka dari pembawaannya dan lingkungannya. Manusia tidak hanya diperkembangkan tetapi memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah mahluk yang dapat dan sanggup memilih dan menentukan sesuatu yang mengenai dirinya dengan bebas. Karena itu ia bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya; ia dapat juga mengambil keputusan yang berlainan daripada apa yang pernah diambilnya.

Proses perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh faktor pembawaan yang ada pada orang itu dan faktor lingkungannya yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam perkembangannya turut menentukan atau memainkan peranan juga.

Sebagai kesimpulan dapat dikatankan: Jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun-menurun yang oleh aktivitas dan pemilihan atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang tertentu berkembang menjadi sifat-sifat. (Purwanto, M. Ngalim, 1990: 16)


A. HEREDITAS

Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan karakteristik biologis individu dari pihak kedua orang tua ke anak atau karakteristik biologis individu yang dibawa sejak lahir yang tidak diturunkan dari pihak kedua orang tua.

a. Keturunan


Kita dapat mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang anak adalah keturunan, jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut diwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Meskipun kita melihat suatu sifat atau ciri-ciri yang sama antara orang tua dan anaknya, kita belum dapat mengambil kesimpulan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada anak itu merupakan keturunan. Umpamanya: Bapak malas dan anaknya juga malas, ini belum berarti bahwa kemalasan anak itu adalah keturunan. Mungkin sifat malas pada anak itu disebabkan karena dengan tiada sadar anak itu “meniru” dari orang tuanya, jadi mungkin adalah pengaruh lingkungan.

Memang benar bahwa anak-anak kembar yang berasal dari satu telur menunjukkan persamaan-persamaan yang banyak sekali, baik mengenai sifat-sifat kejasmanian maupun mengenai kerohaniannya, jadi merupakan sifat-sifat yang menurun. Tapi dari penyelidikan, ternyata jika anak kembar yang berasal dari satu telur masing-masing dididik dalam lingkungan yang berlain-lainan akan terlihat pula perbedaannya. Nyatalah di sini bahwa lingkungan berpengaruh besar pula, sehingga sulit penentuan bahwa suatu sifat itu keturunan atau bukan.

Sifat ataupun ciri-ciri jasmaniah yang tertentu yang diperoleh karena keturunan, seperti seorang anak yang berambut pirang atau ikal, bermata lebar atau sipit, berbada tinggi atau pendek, periang, lincah atau pendiam.

Sifat-sifat kejiwaan lebih sulit ditentukan, apakah diperoleh dari keturunan atau bukan, hal ini dikarenakan sifat-sifat kejiwaan lebih mudah berubah atau terpengaruh oleh keadaan-keadaan lingkungan selama perkembangannya.

Banyak para ahli yang berusa menyelidiki sifat-sifat kejiwaan manusia yang berkenaan dengan keturunan, tetapi sampai sekarang penyelidikan itu masih belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan faktor-faktor berikut:

1. Pada manusia tidak dapat dilakukan persilangan (kruising) menurut rencana tertentu umpamanya persilangan antara dua ras yang sangat berlainan asalnya.

2. Masa perkembangan manusia begitu lama, sehingga mengakibatkan sifat-sifat yang ada terjadi karena keturunan dapat tersembunyi dengan lamanya, sebelum sifat-sifat itu muncul pada individu.

3. Adanya jumlah anak manusia yang relatif.

b. Pembawaan


Pembawaan ialah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada seorang individu dan yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan). Misalnya: sejak dilahirkan anak mempunyai kesanggupan untuk dapat berjalan, potensi berkata-kata, potensi untuk belajar ilmu pasti, pembawaan untuk bahasa, untuk menggambar, intelegensi yang baik dan lain-lain.

Potensi-potensi yang bermacam-macam itu tentu saja tidak dapat direalisasikan atau dapat dinyatakan begitu saja, malainkan harus mengalami perkembangan serta membutuhkan latihan-latihan. Potensi dapat diketahui dengan memperhatikan prestasi-prestasi (actual ability), bentuk wataknya dan tingkah laku seorang individu.

Semua yang dibawa oleh si anak sejak dilahirkan dan diterima karena kelahirannnya adalah pembawaan. Tetapi pembawaan itu tidaklah semuanya diperoleh karena keturunan. Sebaliknya, semua yang diperoleh karena keutunan adalah dapat dikatakan pembawaan (pembawaan keturunan. (Purwanto, M. Ngalim, 1990: 24)


Beberapa macam pembawaan:


1. Pembawaan jenis

Tiap-tiap manusia biasa di waktu lahirnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelegensinya, inggatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan jenis-jenis mahluk lain.

2. Pembawaan ras

Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras. Seperti ras Indo Jerman, ras Mongolia, ras Negro dan lain-lain. Masing-masing ras itu dapat terlihat perbedaannya satu sama lain.

3. Pembawaan jenis kelamin

Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin masing-masing: laki-laki atau perempuan. Pada kedua jenis kelamin itu terdapat pula perbedaan sikap dan sifatnya terhadap dunia luar.

4. Pembawaan perseorangan

Tiap-tiap orang sendiri-sendiri (individu) memiliki pembawaan yang bersifat individual (pembawaan perseorangan) yang tipikal. Tiap-tiap individu meskipun bersamaan ras atau jenis kelaminnya, masing-masing mempybai pembawaan watak, intelegnsi, sifat-sifat dan sebagainya yang berbeda-beda.

Pembawaan ras, pembawaan jenis, dan pembawaan kelamin sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan, akan tetapi pembawaan perorangan dalam pertumbuhannya lebih ditentukan oleh lingkungan, antara lain ialah:

a. Konstitusi tubuh: termasuk dalamnya: motorik, seperti sikap badan, sikap berjalan, air muka, gerakan bicara.

b. Cara bekerja alat-alat indera: ada orang yang lebih menyukai beberapa jenis stimulus tertentu yang mirip dengan kesukaan yang dimiliki oleh ayah atau ibunya.

c. Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan belajar.

d. Tipe-tipe perhatian, intelegensi kosien (IQ) serta tipe-tipe intelegensi.

e. Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang khas: cepat atau lambatnya bereaksi terhadap sesuatu: dengan keras atau tenang; cara timbulnya perasaan atau pikiran dan sebagainya (temperamen).

f. Tempo dan ritme perkembangan.


B. LINGKUNGAN


Lingkungan ialah faktor yang datang dari luar diri individu, merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya. Pengaruh pendidikan dan pengaruh lingkungan sekitar itu sebenarnya terdapat perbedaan. Pada umumnya pengaruh lingkungan bersifat pasif, dalam arti bahwa lingkungan tidak memberikan suatu paksaan kepada individu. Lingkungan memberikan kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan-kesempatan kepada individu. Bagaimana individu mengambil manfaat dari kesempatan yang diberikan oleh lingkungan tergantung kepada individu bersangkutan. Tidak demikian halnya dengan pendidikan. Pendidikan dijalankan dengan penuh kesadaran dan dengan secara sistematis untuk mengembangkan potensi-potensi ataupun bakat-bakat yang ada pada individu sesuai dengan cita-cita atau tujuan pendidikan. Dengan demikian pendidikan bersifat aktif, penuh tanggung jawab dan ingin mengarahkan perkembangan individu ke suatu tujuan tertentu.

Lingkungan secara garis besar dapat dibedakan:

a. Lingkungan fisik, Yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan musim, dan sebagainya. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu. Misalnya: daerah pegungungan akan memberikan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah yang mempunyai musin dingin akan memberikan pengeruh yang berbeda dengan daerah yang penuh dengan musim panas.

b. Ligkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan mayarakat, di mana dalam lingkungan masyarakat ini adanya interaksi individu satu dengan individu lain. Keadaan masyarakatpun akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan individu.

Lingkungan sosial dibedakan:

1. Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota lain, anggota satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota lain. Oleh karena di antara anggota telah ada hubungan yang erat, maka sudah tentu pengaruh dari lingkungan sosial ini akan lebih mendalam bila dibandingkan dengan lingkungan sosial yang hubungannya tidak erat.

2. Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial yang hubungan anggota satu dengan anggota lain agak longgar. Pada umumnya anggota satu dengan anggota lain kurang atau tidak saling kenal mengenal. Karena itu pengaruh lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam bila dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sosial primer.

Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu, Hubungan antara individu dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling timbal balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan. (Walgito, Bimo, 1980: 50)

Sikap individu terhadap lingkungan dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Individu menolak atau menentang lingkungan

Dalam keadaan ini lingkungan tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu. Dalam keadaan yang tidak sesuai ini individu dapat memberikan bentuk atau perubahan lingkungan seperti yang dikehendaki oleh individu yang bersangkutan. Misalnya akibat banjir sebagian jalan terputus. Untuk mengatasi ini dibuat tanggul untuk melawan pengaruh dari lingkungan, sehingga orang tidak menerima begitu saja pengaruh lingkungan tetapi orang menolak atau mengatasi pengaruh lingkungan demikian itu.

b. Individu menerima lingkungan

Dalam hal ini keadaan lingkungan sesuai atau sejalan dengan yang ada dalam diri manusia. Dengan demikian individu akan menerima lingkungan itu.

c. Individu bersikap netral

Dalam hal ini individu tidak menerima tetapi tidak menolak. Individu dalam keadaan status quo terhadap lingkungan.

1 komentar:

  1. semoga tulisan ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, mohon masukan dan komentarnya terima kasih ... by NIRWAN

    BalasHapus